Peringatan Hari Mangrove Sedunia 2025
Tema: “Lindungi Mangrove, Selamatkan Bumi – Dari Riau untuk Iklim Dunia”
Dipersembahkan oleh BDPN
Di sebuah kampung pesisir yang damai bernama Tempatan Bahari, hiduplah seekor rajawali perkasa bernama Rajalesa. Ia bukan rajawali biasa Rajalesa adalah penjaga dan pelestari ekosistem pesisir, sahabat hutan mangrove, dan pelindung laut.
Setiap pagi, Rajalesa terbang tinggi di atas kampung. Ia menyapa hutan mangrove yang rindang, mengamati sungai dan laut, serta memastikan semuanya tetap seimbang. Ia mencintai tanah kelahirannya dan alam sekitarnya.
Namun suatu pagi, ia melihat perubahan yang menyedihkan. Air sungai menjadi keruh. Akar-akar mangrove dipenuhi sampah. Beberapa pohon bakau tumbang. Ikan-ikan tak sebanyak dulu. Dan suara kicau burung-burung kecil... menghilang.
Rajalesa mendarat di dekat pohon bakau tua yang dulu selalu hijau. Kali ini, daunnya layu dan batangnya luka.
"Teman Mangrove, apa yang terjadi padamu?" tanya Rajalesa sedih.
Dengan suara lirih, pohon tua itu menjawab,
"Kami lelah, Rajalesa... Kami ditebang, dicemari, dan dilupakan. Laut makin marah, dan tanah mulai tenggelam. Kami butuh bantuan..."
.jpg)
Rajalesa terdiam sejenak. Tapi hatinya tak bisa tinggal diam. Ia mengepakkan sayap dan berseru lantang,
"Aku tak bisa membiarkan ini terus terjadi!"
Ia pun terbang ke desa. Di atas atap sekolah dan rumah-rumah penduduk, Rajalesa berteriak memanggil:
"Anak-anak Tempatan Bahari, dengarkan aku! Hutan mangrove sedang sakit! Jika kalian mencintai kampung ini, mari kita selamatkan mereka!"
Anak-anak segera keluar rumah. Mereka menengadah melihat Rajalesa di langit. Ibu guru, pak nelayan, dan warga lainnya juga berkumpul.
"Rajalesa, apa yang harus kami lakukan?" tanya salah satu anak.
Rajalesa menjawab tegas,
"Tanam kembali mangrove! Bersihkan pantai! Jangan buang sampah ke sungai! Jadilah penjaga alam seperti aku!"
Anak-anak pun bersorak,
"Kami siap, Rajalesa!"
Hari-hari berikutnya, suasana kampung berubah. Anak-anak menanam bibit bakau di tepian pantai. Para nelayan membersihkan sampah di sungai. Ibu-ibu membuat sabun ramah lingkungan. Para guru mengajarkan pentingnya menjaga bumi.
Rajalesa terus terbang memantau. Setiap kali melihat perubahan, ia tersenyum bangga.
Hingga tibalah tanggal 26 Juli 2025, warga kampung mengadakan peringatan Hari Mangrove Sedunia. Mereka berkumpul di pesisir, bernyanyi, menari, dan menanam bersama.
Rajalesa terbang rendah, lalu mendarat di depan semua orang. Ia memandang wajah-wajah penuh semangat itu, lalu berkata:
"Hari ini kalian semua telah menjadi Rajalesa kecil. Kalian telah menjaga, melindungi, dan mencintai pesisir ini. Kalian adalah harapan masa depan."
Semua orang bertepuk tangan. Dan di langit sore itu, matahari bersinar hangat, seperti mengamini bahwa alam sedang bahagia kembali.
Pesan Moral:
"Siapapun bisa menjadi penjaga alam"
Tidak perlu bersayap, yang penting punya hati.
Jagalah mangrove, karena mereka menjaga bumi untuk kita.