Deti yang Malang

Deti yang Malang
Foto ini hanyalah ilustrasi Joran dan Deti

"Kenapa kau masih berhubungan dengan Yogi", Bentak joran dengan nada suara yang keras dan lantang kepada adek bungsunya Deti.

Suara bentakan Joran yang keras itu terdengar sampai keluar rumah dan menarik perhatian tetangga.

Seketika airmata Deti mengalir, namun Deti tetap menahan suara isak tangisnya agar tak didengar oleh ayahnya yang sedang terbaring di ruang tengah.

Melihat air mata Deti yang terus mengalir, luluh juga hati Joran untuk tidak kembali berkata keras kepada adiknya itu.

"Dek, Abang bukan tak setuju kau berhubungan dengannya, tapi abang begitu sakit mendengar hinaan dari keluarga Yogi kepada kita" ucap Joran dengan nada datar

"Abang tak sanggup kalau kau jadi istrinya Yogi, bagaimanalah nasibmu nanti dengan ibu mertua yang tak pernah merestui hubungan kalian itu," ucap Joran sembari mengambil segelas air putih dan duduk bersandar di kursi yang usang.

Sebelumnya Joran baru saja pulang dari layanan kesehatan terdekat membawa ayah mereka berobat. Selama menunggu panggilan antrian, joran mendengar orang-orang membahas ucapan ibunya Yogi yang menolak hubungan dengan Deti adiknya.

Kalau tidak mengingat ayahnya yang menunggu untuk diperiksa, mungkin Joran sudah pulang sejak tadi melabrak Deti.

Deti yang sejak tadi terduduk diam disudut dapur yang lusuh itu sesekali mengusap airmata dan tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

Sore itu menjadi hari yang kelam bagi Deti, Deti berharap cepatlah berlalu sore itu menuju ke malam agar dia bisa menangis dalam kegelapan dan tak diketahui oleh siapapun.

***
Deti berasal dari keluarga suku Duanu yang sangat terbatas secara ekonomi. Ibunya telah lama meninggal sejak melahirkannya, bahkan Deti tak pernah melihat wajah ibunya.

Deti dibesarkan oleh Ayah yang kini sudah renta dan seorang Abang yang masih membujang bernama  joran.

Setahun lalu Deti menyelesaikan SMA di ibukota Kecamatan K, namun Deti kembali ke kampung untuk merawat Ayahandanya yang sering sakit-sakitan. Dalam hatinya ingin sekali melanjutkan pendidikan namun keterbatasan ekonomi membuat Deti harus menunda impiannya itu.

Sementara joran adalah Abang yang masih peduli yang dimiliki oleh Deti. Sejak SD sampai SMA Joran lah yang berjuang membiayai sekolah Deti. Susah payah Joran bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan membiayai Deti.

Joran sudah berumur 37 namun belum memikirkan untuk menikah. Joran tak sanggup menikah jika kelak dia terpisah atau tak peduli dengan keluarganya seperti kakak dan Abang mereka.

Joran dan Deti bukan hanya berdua, mereka memiliki dua orang kakak, dan satu orang Abang yang sudah menikah dan hidup mandiri di desa lain. Namun sangat jarang berkabar apalagi ingin mencari tahu kabar mereka, keadaan itulah yang membuat Joran mengurungkan niatnya untuk menikah.

***

Pertengkaran Deti dan Joran sore itu ternyata didengar banyak jiran tetangga. Banyak sekali tetangga yang menaruh simpati dan ikut memberikan nasehat kepada Joran agar tidak berlaku keras kepada Deti.

Salah satunya adalah Cik Mun. Cik Mun adalah kakak tertua dari ibunya Joran dan Deti. Kepada Cik Mun lah Deti dan Joran menumpang kasih sejak kepergian ibunya.

"Joran, janganlah engkau begitu keras kepada adikmu,tidakkah kau kasihan dengan kondisi Deti yang begitu menderita sejak kecil" ucap Cik Mun kepada Joran yang mampir ke warung kopinya.

Dengan berlinang airmata Cik Mun kembali mengisahkan bagaimana Deti disusukan olehnya dan diasuh sebagai anak sendiri.

Joran hanya tertunduk dan diam ketika Cik Mun bercerita sambil sesekali melayani pembeli.

Cik Mun seolah masuk ke masa lalu dengan penuh haru dan pilu menceritakan bagaimana Deti dimasa kecil, ketika Deti diberitahu olehnya bahwa ibu yang sebenarnya telah tiada.

Airmata Cik Mun perlahan  membasahi pipi dan suaranya mulai parau....

"Joran, Ayah engkau sudah uzur, Cik Mun pun sama, kalau terjadi apa - apa dengan kami, engkaulah harapan dan pelindung bagi Deti" adik perempuan kau satu - satunya lagi yang belum menikah dan butuh kasih sayang.

Hari mulai tampak gelap, setelah Cik Mun memberi pesan dan nasehat, joran pun meminta izin untuk pulang ke rumah.

"Cik Mun, terimakasih atas nasehat Cik Mun, kalau begitu joran minta minta diri, hari sudah nampak gelap joran mau nyalakan lampu di rumah"

"Ini ada sedikit makanan, dan ini untuk Deti, sampaikan salam Cik Mun kepada Deti pergilah ke rumah Cik Mun Ba'da isya nanti" iyelah Cik jawab Joran sambil beranjak pulang ke rumah.

Sejak pertengkaran dengan abangnya beberapa hari lalu deti tak pernah keluar rumah, dia lebih banyak diam dan mengurung diri di kamarnya sesekali keluar untuk mengurus makan dan merawat ayahandanya yang masih terbaring.

Tok, tok, tok, joran mengetuk pintu kamar adiknya Deti.

"Dek, itu ada makanan dari Cik Mun, beliau minta engkau datang kerumahnya Ba'da isya nanti"

Tidak terdengar sama sekali sahutan dari dalam kamar Deti.

Joran kembali mendekati kamarnya adiknya dan mencoba mengetuknya.
Joran memegang handle pintu yang terkunci dari dalam.

"Tok, tok,..dek...dek panggil joran dengan cemas"

Penulis cerpen: Zainal Arifin Hussein (Pekanbaru, 25 Juni 2023)

 

Berita Lainnya

Index