Pelajaran Dari Gerai yang Tutup Okta Wirawan dan Almaz Fried Chicken Mengubah Kegagalan Menjadi Data

Ahad, 20 April 2025 | 03:05:39 WIB
Okta Wirawan, pendiri Almaz Chicken. (instagram.com/oktawirawan)

TEMBILAHAN – Setiap pengusaha memiliki bab yang tidak selalu menyenangkan. Bagi Okta Wirawan, bab itu berisi catatan tentang gerai yang harus berhenti beroperasi dan brand yang tidak sempat matang. Alih alih dianggap sebagai akhir, pengalaman tersebut dijadikan bahan bakar untuk melaju. Okta mengubah kegagalan menjadi data. Ia menelaah sebab, menghitung dampak, dan menyusun rencana koreksi. Hasilnya adalah pendekatan bisnis yang lebih tajam ketika Almaz Fried Chicken diluncurkan.

Saat mengembangkan sejumlah brand di bawah PT ABINDO, Okta sadar bahwa pasar bergerak dinamis. Preferensi pelanggan bisa berubah cepat. Lokasi yang tampak menjanjikan pada awal riset dapat menyimpan variabel yang tidak terduga. Dalam situasi seperti ini, respons yang terburu buru hanya menambah kekacauan. Ia memilih untuk merumuskan metodologi evaluasi. Setiap brand diperiksa dari sisi produk, operasional, dan komunikasi. Jika ada yang tidak selaras dengan tujuan, keputusan diambil tanpa ragu.

Keputusan menutup outlet adalah langkah berat. Akan tetapi langkah ini bisa menyelamatkan energi tim dan sumber daya perusahaan. Okta memastikan proses penutupan dilakukan dengan hormat. Tiap karyawan dibantu mencari peluang di unit lain. Pemasok diberi penjelasan yang jujur. Reputasi tetap dijaga meski sedang berada dalam fase sulit. Prinsip ini penting karena jejaring di dunia usaha adalah aset yang akan dibutuhkan lagi di masa depan.

Pelajaran penting muncul dari analisis penyebab. Ada menu yang kurang sesuai selera lokal. Ada pola kerja yang tidak serasi dengan ritme harian pelanggan. Ada pula kesalahan membaca tren. Semua temuan didokumentasikan. Dari dokumentasi itulah lahir standar baru. Resep disederhanakan agar konsisten. Pelatihan diperbarui agar kru lebih lincah melayani. Pemilihan lokasi diperketat agar akses mudah dan volume lalu lintas memadai.

Saat Almaz Fried Chicken lahir, seluruh pelajaran itu diintegrasikan ke dalam proses. Bumbu diracik dengan presisi. Alur produksi dibuat ramping agar waktu tunggu singkat. Komunikasi merek diselaraskan agar menyentuh sisi emosional pelanggan. Okta menekankan budaya jujur terhadap data. Jika sebuah strategi tidak memberikan hasil, tim diminta berani mengajukan perubahan.

Pendekatan ini menciptakan siklus perbaikan yang berkelanjutan. Outlet yang berkinerja baik menjadi rujukan praktik terbaik. Outlet yang menurun kinerjanya mendapat pendampingan. Semua mengalir dalam ritme belajar yang tidak putus. Dengan cara ini, perusahaan menghindari jebakan kepuasan semu. Fokus tetap pada kualitas dan relevansi di mata pelanggan.

Kisah tentang gerai yang tutup bukan cerita sedih yang ingin dilupakan. Bagi Okta, itu adalah bab penting yang mengajarkan keberanian mengambil keputusan. Tanpa keberanian, perusahaan bisa terseret oleh kebiasaan lama yang tidak lagi efektif. Dengan keberanian yang ditopang data, langkah koreksi menjadi lebih terang. Hasilnya adalah merek yang lebih siap menghadapi persaingan dan perubahan pasar.

Terkini